Pengalaman pak Ukim dalam membuat buku menggugah saya untuk segera
menyelesaikan buku saya. Pak Ukim seorang penulis yang memiliki banyak
pengalaman menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor. Buku pertama beliau
adalah “Menghimpun yang Berserak”. Berikut ini pengalaman pak
Ukim menulis sampai menerbitkan buku di penerbit mayor.
Pertama, pak Ukim berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi.
Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting untuk memiliki tempat mencurahkan
segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Lalu beliau menemukan menulis adalah
sarana yang tepat untuk mencurahkan segala kegelisahannya. Beliau tak pernah
merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisannya. Beliau juga tidak
perduli dengan ragam atau apa yang
menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Beliau
merasa menemukan lebih tentang "dirinya" dengan menulis. Demikian hal
itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Beliau menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa adanya, beliau pun menulis apa saja. Karena pak
Ukim seorang guru maka beliau juga menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan
berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis
buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik teman-teman
pak Ukim yang juga sebagai guru. Satu dua temannya berkomentar bahwa tulisan beliau
bagus. Teman-temannya menganggap tulisan pak Ukim emotif. Tulisannya dapat
membuat pembaca larut dalam cerita. Bahasanya sederhana dan mudah dicerna oleh
pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan beliau dapat dijadikan
ceramah atau kultum, dsb.
Dari komentar-komentar temannya tersebut, beliau mencoba membukukan
tulisan-tulisannya yang selama ini merekam semua kejadian. Karena beliau memang
senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besar yang beliau
tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak
"cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam
kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul
buku tersebut "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha
untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat
bermanfaat bagi beliau, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Pada waktu itu, beliau kebetulan menjadi penanggung jawab
penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama
(berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Beliau diinterview terkait
dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku
pribadinya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview
itulah beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan
buku.
Beliau banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya
tidak dipikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuatnya tidak nyaman
karena menabrak prinsip menulis beliau.
Inilah pertanyaan dalam interviev
pak Ukim:
1. Apakah ketika saya menulis buku "Menghimpun yang
Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?
2. Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah sehingga
pembaca melirik dan membeli buku saya?
3. Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila
beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst.
Ternyata pak Ukim merasa kurang dengan pertanyaan dalam interview
tersebut. Beliau merasa diam-diam mulai "dipenjara". Beliau bertanya
dalam hati “Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur
hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari
interview.
Beberapa waktu setelah kejadian itu, menganggap perlu waktu untuk
menjernihkan pikiran. Untunglah beliau punya sahabat. Kemudian, diceritakanlah
permasalahan yang belaiu rasakan kepada temannya yang sudah menjadi penulis
"beneran". Pak Ukim pun diberi tau temannya bahwa pengalaman yang
didapatnya itu mestinya disyukuri. Kemudian mendapat penjelasan dari temannya tentang
proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada
pembaca. Pak Ukim merasa disudutkan dengan perkataan bahwa sikap pak Ukim bisa
menyebabkan tulisannya hanya untuk diri sendiri. Kalau pun nanti ada yang
membaca itu hanya segelintir orang saja. Itu berarti, pak Ukim minimal dalam
memberi manfaat buat orang lain atau istilah lainnya saya egois.
Kemudian pak Ukim tersadar telah mendapatkan ilmu pengetahuan lebih
ketika diberi penjelasan oleh temannya tentang tim yang akan menyebabkan karyanya
dapat dinikmati orang banyak. Pak Ukim pun diberi tau yang bertanya padanya mungkin
editor. Sebab, editor adalah garda depan yang menentukan naskah itu layak
diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman pak Ukim, naskah yang telah dibuat
pak Ukim sepertinya punya potensi atau
"layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karyanya memang
harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses
"menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul,
ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya
merupakan tim pak Ukim. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan pak Ukim. Begitulah
saat teman pak Ukim meyakinkannya.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan beliau menindaklanjuti pertemuan
dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang
ditulis bersama, beliau mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang
berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut
buku beliau selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika pak
Ukim setuju.
Demikianlah beliau menjalani proses, hingga akhirnya ada proses
sebelum naik cetak, yang sangat penting
dalam proses kreatif, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika
akhirnya bisa dicetak. Pak Ukim gembira sekali menerima buku dami itu. Saking
gembiranya, beliau menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase
yang kelak diterimanya. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang beliau
menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, pak Ukim mendapat konfirmasi ada meeting terkait dengan
terbitnya buku beliau. Pertama, beliau menerima buku pribadi, jumlahnya 5
buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, beliau
diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang
Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku beliau laku. Saat itu beliau
merasa sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti. Ketiga,
beliau diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada
penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian barulah beliau akan
mendapat royaltinya.
Peran pak Ukim berikutnya adalah mengusahakan buku beliau dapat
dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat
sekarang. Kebetulan menjadi pembicara, kemudian beliau berupaya menjual
buku-bukunya pada kesempatan bicara tersebut.
Sejak saat itu, pak ukim pun menerbitkan buku kembali, buku kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku,
"Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan
penerbit.
Bagi Anda yang belum pernah menerbitkan buku. Silakan baca dan
pahami hal-hal yang terkait dengan penerbitan buku.
Tim pembuat buku dan Kebutuhan Pembuatan Buku
1. Penulis, yang membuat naskah.
2. Tim editorial, yang terdiri dari:
a. Editor
b. Desainer
c. Ilustrator,
yang membuat gambar.
d. Layouter
Alur Pembuatan Buku
1.
Penulis
menyusun naskah lalu mengirimnya ke penerbit.
2. Editor menyaring naskah. Penulis melengkapi data administrasi &
kontrak.
3. Editor mengawal naskah:
-
Proses koreksi
-
Penambahan ilustrasi
-
Pembuatan sampul
4. Naskah ditata letak sesuai kebutuhan cetak.
5. Proses cetak
6. Distribusi
Naskah
Naskah adalah hasil karya yang menjadi
tanggung jawab penulis dalam penerbitan sebuah buku. Seluruh kebutuhan naskah
(gambar, foto, infografis, dll.) diatur oleh editor sebagai pengawal naskah,
dan dibantu oleh desainer, ilustrator, serta layouter untuk menyelesaikannya.
Naskah dapat dikirimkan melalui pos atau
diantar langsung ke alamat Penerbit dengan mencantumkan genre tulisan pada
amplop.
Detail Tugas Tim Editorial
1. Editor
a.
Mencari & menyeleksi naskah/penulis.
b.
Mengawal naskah mentah hingga menjadi buku.
c.
Melengkapi data administrasi penerbitan
naskah.
d.
Mencari gambar untuk melengkapi isi buku
jika diperlukan.
e.
Mengoordinasikan kebutuhan ilustrasi dan
foto kepada desainer dan ilustrator.
f.
Bekerja sama dengan layouter untuk
rancangan tata letak dan perubahan konten seiring koreksi.
g.
Membantu proses promosi buku.
2. Desainer
a.
Membuat sampul buku yang sesuai dengan isi
buku dan menarik perhatian pembaca
b.
Berkoordinasi dengan editor untuk kebutuhan
desain seperti templat naskah, foto, infografis, dsb.
c.
Membuat alat promosi penerbitan untuk buku
seperti flyer, brosur, dan lain-lain.
3. Ilustrator
a.
Membuat gambar sesuai dengan kebutuhan isi
buku
b.
Gambar harus bagus dan menarik
4. Layouter
a.
Menyatukan tulisan dan gambar dalam halaman
buku sehingga enak untuk dibaca.
b.
Berkoordinasi dengan editor untuk setiap
koreksi dan perubahan-perubahannya
c.
Menyiapkan segala kebutuhan berkas-berkas
digital yang diperlukan oleh bagian percetakan
Cara Menjadi Penulis
1. Mulailah Menulis. Pilih tema tulisan dan cara Anda akan
memaparkannya.
2. Rajinlah Membaca. Pertajam wawasan dan penguasaan materi
Anda, termasuk teknik penulisan.
3. Selesaikan Tulisan Anda. Rapikan karya Anda agar siap untuk diulas
oleh penerbit dan diterbitkan.
4. Terus Motivasi Diri. Yakinkan diri Anda untuk mampu
menyelesaikan tulisan Anda.
Kriteria Naskah
1.
Naskah harus merupakan karya asli
2.
Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
3.
Memiliki jalan cerita yang menarik
4.
Naskah ditulis dengan rapi (logis dan
sistematis)
5.
Memiliki peluang pasar yang baik
6.
Tidak menimbulkan kontroversi, terutama
berhubungan dengan moral dan agama
7.
Tidak merupakan karya plagiat
8.
Lengkapi dengan synopsis
9.
Sertakan kelebihan dan kekurangan naskah
yang Anda miliki dibandingkan dengan buku-buku bertema serupa yang sudah
beredar di pasar.
Prosedur Pengiriman Naskah
1. Jika naskah telah memenuhi kriteria di atas. Kirimkan naskah Anda dengan
prosedur (lengkap) berupa print out atau dalam bentuk CD ke: Departemen
Editorial Penerbit. Sertakan informasi sbb:
– Surat pengantar.
– CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap, nomor telepon, dan alamat email yang dapat dihubungi.
– Surat pengantar.
– CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap, nomor telepon, dan alamat email yang dapat dihubungi.
2. Jika dalam waktu 3 bulan tidak ada
konfirmasi dari pihak Penerbit, maka naskah tersebut tidak lolos seleksi
penerbitan. Apabila naskah layak terbit, penerbit akan memberikan kabar via
surat dan telepon, dan dilanjutkan dengan pengajuan pembayaran
Kondisi Naskah yang Prima
1. Ide Orisinil. Materi dapat dipertanggungjawabkan, bukan
plagiat.
2. Penting & Perlu. Informasi yang disajikan up to date
dan berguna
3. Lengkap dan Jelas. Sudah diketik komputer, dilengkapi print
out, sinopsis, foto/ilustrasi orisinil, dan proposal target pembaca.
4. Tulisan Siap Baca. Komprehensif, alur tulisan baik, bahasa
mudah dipahami target pembaca yang dipilih, EYD sempurna.
Mengapa Suatu Naskah Ditolak?
1.
Kurang nilai ekonomisnya
2.
Materi/Judul tidak sesuai dengan fokus
bisnis Penerbit
3.
Sudah ada buku sejenis di Penerbit
4.
Penulis tampak kurang menguasai materi
5.
Penulis tampak tidak mampu menuangkan
idenya dengan baik, sekalipun penulis menguasai materi.
6.
Penuhnya kapasitas produksi Penerbit (masuk
dalam penundaan terbit)
Sistem Kerja Sama
1. Royalti. Besaran royalti 6-10%, sangat
bergantung dari naskah (materi, luas pasar, juga kredibilitas
penulis). Dibayar setiap 6 bulan sekali setelah buku terbit.
2. Pembelian Naskah. Naskah juga dimungkinkan untuk dibeli dengan sistem beli putus, dengan
perlakuan khusus.
Catatan: Penulisan naskah bisa dilakukan
secara kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar