A
|
nak pandai. Kalimat ini
selalu diidentikkan dengan rangking 1 atau nilai yang tinggi dalam ujian.
Apakah benar anggapan tersebut? Saya yakin semua orang tua dan guru pasti
setuju dengan pendapat tersebut. Jika
anggapan itu benar. Mengapa Thomas Alva Edison yang dikeluarkan dari sekolahnya
karena dianggap nilainya selalu rendah ternyata mampu menjadi ilmuwan dan
terkenal dengan penemuannya yaitu lampu pijar.
Selama ini kita salah
dalam menyebut anak pandai. Anak yang kita sebut pandai hanyalah anak yang nilainya
selalu bagus. Padahal kita tau, otak besar kita dibagi menjadi 2 yaitu otak
kanan dan otak kiri. Jika anak lebih banyak berpikir menggunakan logika, ahli
dalam matematika, fisika, pandai berbahasa, dll. Berarti otak kiri anak mungkin lebih dominan. Sedangkan
jika sehari-hari anak terbiasa berpikir kreatif atau artistik, banyak
berimajinasi, berinovasi, dll. Berarti otak kanan anak lebih dominan.
Setiap anak tidak sama.
Ada sebagian anak yang seimbang antara otak kanan dan otak kiri. Tetapi yang
lebih banyak adalah dominan salah satu, yaitu otak kanan saja atau otak kiri
saja. Anak yang nilainya selalu bagus, kita sebut dia anak pandai. Tetapi bukan
berarti anak yang nilainya selalu rendah adalah anak yang bodoh. Biasanya anak
seperti ini otak kanannya yang lebih dominan. Dia lebih suka berkreativitas.
Seperti anak pertama saya, sejak kecil dia aktif sekali. Siang malam tidak tidur-tidur. Kalau malam dia sering tidur jam 12 malam. Dia tidak pernah berjalan, tetapi berlari. Baru usia 5 tahun sudah bisa menjalankan komputer. Kelas 2 SD sudah mampu
membuat rangkaian seri-paralel lampu led. Seiring bertambahnya usia dia semakin kreatif. Waktu SMP, dia menjadi operator sound
sistem dan mampu memperbaikinya bila ada kerusakan, kemampuannya dibidang
listrik dan komputer semakin meningkat. Semua kemampuan itu dia pelajari secara
otodidak. Tetapi nilai pelajaran dia tidak pernah bagus.
Sekarang anak saya sudah SMA. Mondok di pesantren Darut Taqwa Suci Gresik. Karena SMK di pondok tidak ada jurusan multimedia atau elektro. Akhirnya memilih sekolah di aliyah. Saat pulang ke rumah, dia selalu mengotak atik sound. Kadang membuat sendiri sound kecil untuk dipakai di laptop. Pokoknya, sehari-hari yang dia lakukan terkait dengan laptop dan sound. Tetapi nilai pelajarannya tetap saja tidak mengalami peningkatan.
Nah...apakah karena nilai pelajarannya jelek terus dia di bilang bodoh? setelah membaca cerita saya di atas, pasti semua orang setuju dengan pendapat saya bahwa dia bukan anak bodoh. Dia juga anak pandai.
Mulai sekarang, sebagai guru kita
jangan dengan mudah mengatakan anak bodoh hanya karena nilainya jelek, karena
sebenarnya dia punya keahlian yang tidak dimiliki orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar