Tampilkan postingan dengan label Belajar Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar Menulis. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Mei 2020

Belajar Jadi Youtuber dari Paman Apiq



Terima kasih Omjay..Materi hari ini luar biasa. Saya sudah pernah belajar jadi youtuber tapi putus di tengah jalan. Karena belum mendapatkan aplikasi membuat video yang mudah untuk materi fisika. Aplikasi-aplikasi yang saya miliki masih sulit untuk menerangkan materi fisika dengan nudah.

Hari ini, berkat belajar bersama Paman Apiq. Saya menjadi semangat lagi untuk membuat video. Karena aplikasi yang saya cari selama ini ada pada Paman Apiq. Terima kasih banyak buat Paman Apiq.

Rabu, 20 Mei 2020

ANAK PANDAI


A
nak pandai. Kalimat ini selalu diidentikkan dengan rangking 1 atau nilai yang tinggi dalam ujian. Apakah benar anggapan tersebut? Saya yakin semua orang tua dan guru pasti setuju dengan pendapat tersebut.  Jika anggapan itu benar. Mengapa Thomas Alva Edison yang dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap nilainya selalu rendah ternyata mampu menjadi ilmuwan dan terkenal dengan penemuannya yaitu lampu pijar.
Selama ini kita salah dalam menyebut anak pandai. Anak yang kita sebut pandai hanyalah anak yang nilainya selalu bagus. Padahal kita tau, otak besar kita dibagi menjadi 2 yaitu otak kanan dan otak kiri. Jika anak lebih banyak berpikir menggunakan logika, ahli dalam matematika, fisika, pandai berbahasa, dll. Berarti otak kiri anak mungkin lebih dominan. Sedangkan jika sehari-hari anak terbiasa berpikir kreatif atau artistik, banyak berimajinasi, berinovasi, dll. Berarti otak kanan anak lebih dominan. 
Setiap anak tidak sama. Ada sebagian anak yang seimbang antara otak kanan dan otak kiri. Tetapi yang lebih banyak adalah dominan salah satu, yaitu otak kanan saja atau otak kiri saja. Anak yang nilainya selalu bagus, kita sebut dia anak pandai. Tetapi bukan berarti anak yang nilainya selalu rendah adalah anak yang bodoh. Biasanya anak seperti ini otak kanannya yang lebih dominan. Dia lebih suka berkreativitas.
Seperti anak pertama saya, sejak kecil dia aktif sekali. Siang malam tidak tidur-tidur. Kalau malam dia sering tidur jam 12 malam. Dia tidak pernah berjalan, tetapi berlari. Baru usia 5 tahun sudah bisa menjalankan komputer. Kelas 2 SD sudah mampu membuat rangkaian seri-paralel lampu led. Seiring bertambahnya usia dia semakin kreatif. Waktu SMP, dia menjadi operator sound sistem dan mampu memperbaikinya bila ada kerusakan, kemampuannya dibidang listrik dan komputer semakin meningkat. Semua kemampuan itu dia pelajari secara otodidak. Tetapi nilai pelajaran dia tidak pernah bagus.
Sekarang anak saya sudah SMA. Mondok di pesantren Darut Taqwa Suci Gresik. Karena SMK di pondok tidak ada jurusan multimedia atau elektro. Akhirnya memilih sekolah di aliyah. Saat pulang ke rumah, dia selalu mengotak atik sound. Kadang membuat sendiri sound kecil untuk dipakai di laptop. Pokoknya, sehari-hari yang dia lakukan terkait dengan laptop dan sound. Tetapi nilai pelajarannya tetap saja tidak mengalami peningkatan. 
Nah...apakah karena nilai pelajarannya jelek terus dia di bilang bodoh? setelah membaca cerita saya di atas, pasti semua orang setuju dengan pendapat saya bahwa dia bukan anak bodoh. Dia juga anak pandai.
Mulai sekarang, sebagai guru kita jangan dengan mudah mengatakan anak bodoh hanya karena nilainya jelek, karena sebenarnya dia punya keahlian yang tidak dimiliki orang lain.

Mencatat Pelajaran di Blog

Selama saya mengajar, saya selalu meminta siswa untuk mencatat meteri di buku catatan. Materi fisika selalu ada keterkaitan dengan materi sebelumnya. Terutama materi fisika kelas x semester 1 adalah materi dasar yang menjadi dasar bagi materi berikutnya.

Saat pelajaran kadang siswa ada yang lupa tidak membawa buku catatan. Terkadang ketika buku catatan habis dan ganti buku baru, buku lama kadang lupa tidak dibawa. Ketika belajar materi yang ada kaitannya dengan materi sebelumnya siswa tidak punya acuan. Sedangkan siswa kadang sudah lupa dengan materi sebelumnya. Akibatnya siswa tidak bisa mengkaitkan dengan materi sebelumnya.

Nah.. untuk mengatasi hal tersebut. Kita bisa menerapkan kepada siswa mencatat materi pelajaran di blognya masing-masing. Dengan begitu, tidak akan lagi terjadi lupa tidak bawa buku. Karena semua materi sudah ada di HP siswa. Sedangkan siswa tidak pernah lupa bawa HP kemana pun.

Biasanya, ketika sudah lulus buku-buku catatan tidak akan dirawat lagi. Malah kadang dijual ke tukang rosokan. Bila mencatat materi di blog maka  catatan itu akan tetap ada, tidak akan rusak dan tidak akan hilang. Meskipun siswa ganti HP baru, asalkan email yang digunakan mendaftar blog masih dipakai maka blog itu tetap bisa dibuka.

Contohnya blog milik saya. Saya buat blog tahun 2015 dan setelah membuat blog, blog itu saya biarkan saja. Blog itu tidak pernah saya kunjungi. Dan saya sudah tiga kali ganti HP. Tiga kali ganti laptop. Tetapi blog saya masih bisa saya buka karena email yang saya gunakan mendaftar tetap saya pakai terus. Padahal blog itu baru saya buka lagi tahun 2019 kemarin saat saya mengikuti diklat SAGUSABLOG.

Jadi, dengan semakin berkembangnya teknologi dan sekaligus untuk membantu mengurangi pemanasan global, yang dulu mencatat materi pelajaran selalu di buku catatan. Sekarang mari kita pindah mencatat materi pelajaran di blog untuk mengurangi penggunaan kertas.


MENDOKUMENTASIKAN SEMUA KEGIATAN DI BLOG


Ini adalah profil pemateri belajar menulis  yaitu Bapak Dedi Dwitagama
Tujuh belas tahun menjadi Guru di Sekolah Teknologi Menengah Negeri 39 Jakarta, sejak tahun 2005 sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Jakarta dan sejak tahun 2009 sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 36 Jakarta. Sekolah khas dimana terdapat program studi nautika kapal penangkap ikan, teknik kapal penangkap ikan dan agribisnis perikanan, sejak Nopember 2011 hingga Oktober 2012 menjadi Kepala Sekolah di SMKN 29 Penerbangan Jakarta yang merupakan satu-satunya sekolah Penerbangan Negeri di Jakarta. Sejak 2012 Menjadi Guru di SMKN 50 Jakarta Timur.
Aktifitas beliau selain sebagai Pendidik adalah menjadi Trainer dan Motivator bidang Pendidikan, Remaja, Parenting, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, HIV/AIDS, Kepemimpinan, Berbicara dimuka Umum, Teknologi Informasi, Menulis Kreatif/Creative Writing dan Komunikasi/TIK.
Blog pak Dedi Dwitagama
Blog pertama pak Dedi tahun 2005: http://dwitagama.blogspot.com/

Blog yang berisi Pendidikan dan kegiatan sekolah : http://dedidwitagama.wordpress.com

Blog kerja sampingan : http://trainerkita.wordpress.com

Blog hasil karya hunting foto : http://fotodedi.wordpress.com



2008 mulai ikut posting artikel di blog keroyokkan kompasiana.com, http://kompasiana.com/dwitagama

Semua blognya aktif... luar biasa
Materi belajar menulis hari ini "Mendokumentasikan Semua Kegiatan di Blog"

Apa itu Blog? Secara sederhana blog seperti diary atau catatan harian yang diunggah ke internet dan bisa dinikmati oleh orang sedunia. 
Di blog ini kita bisa mendokumentasikan semua kegiatan kita baik di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah.
Kita bisa menulis artikel di blog kemudian kita posting. Supaya artikel kita bisa di baca orang lain.
Untuk menulis di blog kita bisa menggunakan  notebook,  HP dan harus ada akses internet.
Untuk merawat blog, kita harus sering mengunjungi, menyiram dengan artikel, menjawab balik komentar pembaca, kalau sedang kering ide, kita bisa lihat-lihat blog orang lain, supaya muncul ide.
Jika sedang banyak ide, kita bisa tulis sekaligus beberapa artikel. Setiap artikelnya tak perlu terlalu banyak, cukup dua atau tiga alinea dilengkapi foto atau video, dan diposting terjadwal seminggu sekali . Andai kita punya 8 artikel, artinya dua bulan ke depan kita tak perlu posting lagi . Dan artikel kita akan muncul sendiri . Jika ada ide lagi . Kita jadwalkan untuk dua bulan berikutnya.


Minggu, 10 Mei 2020

PROSES MENERBITKAN BUKU AJAR


Kuliah online pada hari ini membahas materi “Proses Menerbitkan Buku Ajar” yang disampaikan oleh Bapak Joko Irawan Mumpuni. Beliau adalah Direktur Penerbitan di Penerbit Andi. Beliau juga ketua I, IKAPI DIYPenulis Buku bersertifikat BNSP, dan Asesor BNSP.



Gambar di atas menggambarkan bahwa seharusnya kita mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi penulis sampe jadi, jangan hanya di bawah tetapi betul-betul dilevel paling atas.

Sabtu, 09 Mei 2020

Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi


Kuliah online pada hari ini membahas materi “Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi
yang disampaikan oleh Bapak Dr. Imron Rosidi. Prestasi beliau banyak sekali, beliau juga penulis buku dan artikel. Sekarang beliau menjadi Koordinator Penilaian DUPAK Guru dan KS tingkat Jawa Timur.

Sebenarnya tidak ada orang yang tidak bisa menulis buku. Yang ada adalah orang yang tidak mau menulis buku. Mengapa demikian? Karena menulis itu menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan.

Rabu, 06 Mei 2020

Menerbitkan Buku, Catatkan Sejarah: Menulis dengan 4R



Kuliah online pada hari ini membahas materi “Menerbitkan Buku, Catatkan Sejarah: Menulis dengan 4R” yang disampaikan oleh ibu Farrah Dina, M.Sc selaku Founder Tangga Edu. Penulis 20 judul buku yang berkaitan dengan pendidikan untuk guru & orang tua serta buku-buku bergambar untuk anak-anak.

Dekrates seorang filosof mengatakan bahwa membaca buku sama saja berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu.

Setiap manusia pasti ingin dikenang dalam sejarah dan ingin mencatatkan sebuah sejarah. Untuk itu, yang bisa kita lakukan adalah dengan membuat buku dan menerbitkan buku. Menerbitkan buku adalah salah satu jalan menungkapkan pikiran dan perasaan kita yang abadi sepanjang masa.

Selasa, 05 Mei 2020

MENULIS DALAM KESIBUKAN



Adakah orang yang tidak punya kesibukan? Saya yakin semua orang memiliki kesibukan dengan kegiatan masing-masing. Diantara kesibukan kita, dapatkah kita meluangkan waktu untuk menulis? Tentu kita pasti merasa itu tidak mungkin. Tapi menurut pak Much. Khoiri, menulis diantara kesibukan kita itu sangat mungkin. Karena Pak Much. Khoiri, dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya ini telah memulai menulis dan  memuatkan tulisannya di media cetak sejak tahun 1986/1987 (kuliah semester 3). Kali ini beliau memberikan materi yang diberi judul “Sapa Ora Sibuk Menulis dalam Kesibukan”.

Berikut profil Pak Much. Khoiri

Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan online baik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif baik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com;  www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.
Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore.
Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id  HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.



Perhatikan gambar di atas, semua orang yang ada dalam gambar tersebut sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Semua orang sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Tetapi di dalam kesibukan itu pasti ada sedikit waktu luang yang bisa digunakan untuk menulis. Artinya kita masih bisa mengatur waktu kita, meluangkan waktu kita untuk menulis. Disinilah kita perlu menata niat yang kemudian dilakukan aksi yaitu menulis.



Menikmati kesibukan kita dengan meluangkan waktu sedikit untuk menulis. Kita menulis apa yang kita sukai dan kuasai agar dalam menulis kita tidak merasa berat dan hasilnya pun bagus. Ingatlah...Penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan. Andaikata kita sedang tidak menulis, kita pastilah memikirkan apa yang hendak kita tulis. Ada waktu istimewa yang bisa kita pilih, yang di waktu tersebut kita merasa nyaman dan larut dalam menulis, sehingga tulisan kita mengalir terus seperti air yang sedang mengalir. Kita tidak membiarkan satu hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.

Mengapa Harus Menulis?

Ketika kita berbicara, apa yang kita ucapkan hanya menggema di seberang ruangan, atau di tempat kita sedang berbicara. Tetapi ketika kita menulis, apa yang kita tulis akan selalu ada sampai kapan pun. Menurut Pramudia Ananta: “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Sedangkan menurut Budi darma: “ Begitu seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih oleh orang lain. Sebaliknya, jika dekan, camat, dan mantri polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikannya”.

Mendidik Diri Menulis

Kita jangan hanya mendidik orang lain, tetapi kita juga harus membiasakan mendidik diri kita sendiri dalam menulis. Mendidik diri menulis bukan hanya membuat diri kompeten di dalam menulis, melainkan juga berani menegakkan prinsip “reward and punishment”. Jadi, kalau tidak tidak menepati jadwal menulis yang sudah kita buat maka kita harus memberi sanksi pada diri kita sendiri, misalnya dengan melipatgandakan waktu menulis yang sudah ditinggalkan atau melipatgandakan jumlah tulisan. Dengan begitu, kita akan membuat diri kita selalu konsisten dalam menulis.

Menulis itu Berkomunikasi

Dengan menulis, kita bisa mengkomunikasikan gagasan kita. Apa yang kita tulis membuat kita dan pembaca seakan berada dalam forum yang saling berhadapan. Materi yang kita tulis tentu harus selaras dengan kebutuhan pembaca, kita kemas dengan bagus dan kita tulis menggunakan bahasa yang komunikatif, agar pembaca merasa senang dan puas setelah membaca tulisan kita.


17 Strategi Jitu dalam Menulis

1.  Tetapkan niat menulis
Dalam melakukan segala sesuatu tergantung pada niatnya. Begitu juga dalam menulis, harus ada niat yang kuat yang akan menjadi daya dorong bagi kita dalam menulis. Sehingga ketika ada godaan rasa malas untuk menulis maka dengan niat tadi kita akan mampu melawan rasa malas. Niat bisa dibagi menjadi dua. Niat  yang umum abstrak filosofis yakni misalkan menulis itu untuk mencerdaskan bangsa. Menulis untuk beramal atau cari ilmu. Niat beramal kebaikan pada orang, apa yang diamalkan akan kembali juga. Semua itu sulit diraba, karena sulit diraba maka tidak ada tolak ukurnya. Niat yang kedua yakni yang praktis katakanlah  menulis supaya dapat uang, dapat tambahan penghasilan, ingin tenar supaya bisa bayar utang dan solusi yang praktis seperti semacam itu supaya naik pangkat. Semua itu dapat dijadikan sebagai penyemangat dalam menulis.

2.  Rajinlah membaca
Orang yang rajin baca itu bagaikan sedang melihat masa lalu dan dan masa depan hadir di setiap sejarah dan hadir di setiap imajinasi orang orang yang hebat. Membaca itu biasanya mendahului menulis dan menjadi pemicu untuk menulis. ketika kita membaca buku yang bagus maka suatu saat ketika kita menulis maka buku buku yang bagus itu akan keluar dari kita. Artinya kalau kita membaca buku bagus, kutipan-kutipan, pendapat-pendapat,  asumsi-asumsi yang ada di buku tersebut sangat mungkin bisa keluar menginspirasi kita, memperkaya analisis kita. Sehingga kita bisa membuat tulisan lebih bagus.

3.  Gunakan alat perekam gagasan ( kamera atau handphone)
Saat berpergian ke mana-mana, kita jangan lupa membawa alat perekam. Jika ada hal-hal yang menarik kita bisa merekamnya, baik menggunakan kamera atau HP. Cara terbaik untuk memiliki sebuah ide yang bagus adalah menggunakan hasil rekaman tadi.

4.  Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi itu ilham atau sesuatu yang akan membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan.

5.  Tentukan waktu utama
Dalam menulis, kita perlu menentukan waktu utama menulis. Apakah siang hari atau habis magrib, habis isya, kemudian apa mungkin pagi hari. Waktu utama menulis ditentukan jangan sampai berbenturan dengan jam kerja.

6.  Untuk pemula, menulis bebas
Bagi penulis pemula, atau yang sudah berpengalaman tapi cocok dengan ini adalah membiasakan diri dengan menulis bebas, free rating yakni menolak spontan secara free riding itu melatih orang untuk menuangkan gagasan pengalaman dan perasaan secara lancar.  

7.  Menulis di dalam hati
Sebenarnya kita juga bisa menulis di dalam hati, di dalam pikiran. Jadi sambil berangkat kerja, sambil pulang kerja itu bisa memikirkan apa yang akan ditulis.  Tapi jangan sampe menyetir kendaraan lalu ambil laptop lalu mengetik. Semua ide di batin dulu, sambil berkendara merancang apa saja yang akan ditulis. Ungkapan yang sangat menarik dari max chance all kutai dia serai by change. Semua ide ide yang sangat bagus itu datang kepada kita secara spontan, secara kebetulan, jadi jangan lewatkan ketika ada ide bagus langsung diproses dalam pikiran.  Jadi kalau perlu catat sebentar, lalu nanti di jalan sambil dipikir kira kira apa yang bisa dikembangkan.

8.  Menulis di waktu utama
Menulis dalam waktu utama yaitu dengan memilih atau menentukan jam berapa waktu yang pas untuk kita menulis. Waktu utama bagi setiap orang tidak sama, tergantung dari aktifitas masing-masing orang.

9.  Memanfaatkan waktu luang
Diantara waktu sibuk kita, pasti ada sedikit waktu luang yang kita miliki. Nah, waktu luang tersebut kita manfaatkan untuk menulis. Walaupun sedikit, kalau setiap hari kita menulis di waktu luang kita maka kita akan memiliki banyak tulisan.



10.  Menulis yang dialami
Menulis yang dialami berasal dari kejadian-kejadian yang kita alami. Kemudian kita tuliskan. Maka akan menambah jumlah tulisan kita.

11.  Menulis yang dirasakan
Ketika kita merasakan senang atau sedih, kita dapat menuangkannya dalam bentuk tulisan.

12.  Menulis selaras minat dan pekerjaan
Jika kita menulis sesuai dengan minat dan pekerjaan kita maka kita akan merasakan kemudahan dalam menulis. Tulisan yang kita buat pun akan lebih bagus karena kita menguasai temanya.

13. Menulis dengan riang
Kalau kita menulis dengan hati yang riang, senang maka tulisan kita hasilkan akan renyah untuk dibaca.

14. Menulis yang banyak
Semakin banyak menulis, kemampuan menulis kita semakin bagus.

15.  Read better, write faster
Dengan membaca yang lebih baik, kita akan menulis dengan cepat.

16.  Buatlah motto yang dahsyat
Motto akan menjadi pemacu kita dalam menulis, apalagi kalau motto kita dahsyat jiwa menulis kita akan selalu menyala.

17.  Menulis dengan do’a
Setiap mau menulis kita awali dengan do’a agar tulisan kita baik, banyak orang yang suka membaca tulisan kita.

Kesimpulannya: Semua orang memiliki kesibukan, tetapi diatara kesibukan tersebut pasti ada waktu luang yang bisa kita gunakan untuk menulis. Kita cari waktu terbaik dalam menulis agar kita bisa tenang dalam menulis. Kita tata niat dalam menulis agar dapat menyingkirkan semua godaan yang datang sehingga dapat terus menulis di waktu luang.

Senin, 04 Mei 2020

PENGALAMAN MENULIS BUKU DI PENERBIT MAYOR


Pengalaman pak Ukim dalam membuat buku menggugah saya untuk segera menyelesaikan buku saya. Pak Ukim seorang penulis yang memiliki banyak pengalaman menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor. Buku pertama beliau adalah “Menghimpun yang Berserak”. Berikut ini pengalaman pak Ukim menulis sampai menerbitkan buku di penerbit mayor.

Pertama, pak Ukim berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi. Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting untuk memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Lalu beliau menemukan menulis adalah sarana yang tepat untuk mencurahkan segala kegelisahannya. Beliau tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisannya. Beliau juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Beliau merasa menemukan lebih tentang "dirinya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Beliau menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.

Selain menulis apa adanya, beliau pun menulis apa saja. Karena pak Ukim seorang guru maka beliau juga menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik teman-teman pak Ukim yang juga sebagai guru. Satu dua temannya berkomentar bahwa tulisan beliau bagus. Teman-temannya menganggap tulisan pak Ukim emotif. Tulisannya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Bahasanya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan beliau dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.

Dari komentar-komentar temannya tersebut, beliau mencoba membukukan tulisan-tulisannya yang selama ini merekam semua kejadian. Karena beliau memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besar yang beliau tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul buku tersebut "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi beliau, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).

Pada waktu itu, beliau kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Beliau diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadinya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.

Beliau banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak dipikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuatnya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis beliau.
Inilah pertanyaan dalam interviev pak Ukim:
1. Apakah ketika  saya menulis buku "Menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?
2. Kalau sudah ada,  apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?
3. Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst.
Ternyata pak Ukim merasa kurang dengan pertanyaan dalam interview tersebut. Beliau merasa diam-diam mulai "dipenjara". Beliau bertanya dalam hati “Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.

Beberapa waktu setelah kejadian itu, menganggap perlu waktu untuk menjernihkan pikiran. Untunglah beliau punya sahabat. Kemudian, diceritakanlah permasalahan yang belaiu rasakan kepada temannya yang sudah menjadi penulis "beneran". Pak Ukim pun diberi tau temannya bahwa pengalaman yang didapatnya itu mestinya disyukuri. Kemudian mendapat penjelasan dari temannya tentang proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Pak Ukim merasa disudutkan dengan perkataan bahwa sikap pak Ukim bisa menyebabkan tulisannya hanya untuk diri sendiri. Kalau pun nanti ada yang membaca itu hanya segelintir orang saja. Itu berarti, pak Ukim minimal dalam memberi manfaat buat orang lain atau istilah lainnya saya egois.
Kemudian pak Ukim tersadar telah mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika diberi penjelasan oleh temannya tentang tim yang akan menyebabkan karyanya dapat dinikmati orang banyak. Pak Ukim pun diberi tau yang bertanya padanya mungkin editor. Sebab, editor adalah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman pak Ukim, naskah yang telah dibuat pak Ukim sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karyanya memang harus dipoles di sana sini.

Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim pak Ukim. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan pak Ukim. Begitulah saat teman pak Ukim meyakinkannya.

Oleh-oleh itulah yang menyebabkan beliau menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, beliau mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut buku beliau selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika pak Ukim setuju.

Demikianlah beliau menjalani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Pak Ukim gembira sekali menerima buku dami itu. Saking gembiranya, beliau menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak diterimanya. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang beliau menulis bukan untuk hal tersebut.

Akhirnya, pak Ukim mendapat konfirmasi ada meeting terkait dengan terbitnya buku beliau. Pertama, beliau menerima buku pribadi, jumlahnya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, beliau diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku beliau laku. Saat itu beliau merasa sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti. Ketiga, beliau diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian barulah beliau akan mendapat royaltinya.

Peran pak Ukim berikutnya adalah mengusahakan buku beliau dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. Kebetulan menjadi pembicara, kemudian beliau berupaya menjual buku-bukunya pada kesempatan bicara tersebut.
Sejak saat itu, pak ukim pun menerbitkan buku kembali, buku kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.

Bagi Anda yang belum pernah menerbitkan buku. Silakan baca dan pahami hal-hal yang terkait dengan penerbitan buku.

Tim pembuat buku dan Kebutuhan Pembuatan Buku
1. Penulis, yang membuat naskah.
2. Tim editorial, yang terdiri dari:
a. Editor
b. Desainer
c. Ilustrator, yang membuat gambar.
d. Layouter

Alur Pembuatan Buku
1.  Penulis menyusun naskah lalu mengirimnya ke penerbit.
2.  Editor menyaring naskah. Penulis melengkapi data administrasi & kontrak.
3.  Editor mengawal naskah:
-          Proses koreksi
-          Penambahan ilustrasi
-          Pembuatan sampul
4.  Naskah ditata letak sesuai kebutuhan cetak.
5.  Proses cetak
6.  Distribusi

Naskah
Naskah adalah hasil karya yang menjadi tanggung jawab penulis dalam penerbitan sebuah buku. Seluruh kebutuhan naskah (gambar, foto, infografis, dll.) diatur oleh editor sebagai pengawal naskah, dan dibantu oleh desainer, ilustrator, serta layouter untuk menyelesaikannya.
Naskah dapat dikirimkan melalui pos atau diantar langsung ke alamat Penerbit dengan mencantumkan genre tulisan pada amplop.

Detail Tugas Tim Editorial
1. Editor
a.    Mencari & menyeleksi naskah/penulis.
b.    Mengawal naskah mentah hingga menjadi buku.
c.    Melengkapi data administrasi penerbitan naskah.
d.    Mencari gambar untuk melengkapi isi buku jika diperlukan.
e.    Mengoordinasikan kebutuhan ilustrasi dan foto kepada desainer dan ilustrator.
f.     Bekerja sama dengan layouter untuk rancangan tata letak dan perubahan konten seiring koreksi.
g.    Membantu proses promosi buku.

2. Desainer
a.    Membuat sampul buku yang sesuai dengan isi buku dan menarik perhatian pembaca
b.    Berkoordinasi dengan editor untuk kebutuhan desain seperti templat naskah, foto, infografis, dsb.
c.    Membuat alat promosi penerbitan untuk buku seperti flyer, brosur, dan lain-lain.
3. Ilustrator
a.    Membuat gambar sesuai dengan kebutuhan isi buku
b.    Gambar harus bagus dan menarik
4. Layouter
a.    Menyatukan tulisan dan gambar dalam halaman buku sehingga enak untuk dibaca.
b.    Berkoordinasi dengan editor untuk setiap koreksi dan perubahan-perubahannya
c.    Menyiapkan segala kebutuhan berkas-berkas digital yang diperlukan oleh bagian percetakan

Cara Menjadi Penulis
1. Mulailah Menulis. Pilih tema tulisan dan cara Anda akan memaparkannya.
2. Rajinlah Membaca. Pertajam wawasan dan penguasaan materi Anda, termasuk teknik penulisan.
3. Selesaikan Tulisan Anda. Rapikan karya Anda agar siap untuk diulas oleh penerbit dan diterbitkan.
4. Terus Motivasi Diri. Yakinkan diri Anda untuk mampu menyelesaikan tulisan Anda.

Kriteria Naskah
1.    Naskah harus merupakan karya asli
2.    Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
3.    Memiliki jalan cerita yang menarik
4.    Naskah ditulis dengan rapi (logis dan sistematis)
5.    Memiliki peluang pasar yang baik
6.    Tidak menimbulkan kontroversi, terutama berhubungan dengan moral dan agama
7.    Tidak merupakan karya plagiat
8.    Lengkapi dengan synopsis
9.    Sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yang Anda miliki dibandingkan dengan buku-buku bertema serupa yang sudah beredar di pasar.

Prosedur Pengiriman Naskah
1. Jika naskah telah memenuhi kriteria di atas. Kirimkan naskah Anda dengan prosedur (lengkap) berupa print out atau dalam bentuk CD ke: Departemen Editorial Penerbit. Sertakan informasi sbb:
– Surat pengantar.
– CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap, nomor telepon, dan alamat email yang dapat dihubungi.
2. Jika dalam waktu 3 bulan tidak ada konfirmasi dari pihak Penerbit, maka naskah tersebut tidak lolos seleksi penerbitan. Apabila naskah layak terbit, penerbit akan memberikan kabar via surat dan telepon, dan dilanjutkan dengan pengajuan pembayaran

Kondisi Naskah yang Prima
1. Ide Orisinil. Materi dapat dipertanggungjawabkan, bukan plagiat.
2. Penting & Perlu. Informasi yang disajikan up to date dan berguna
3. Lengkap dan Jelas. Sudah diketik komputer, dilengkapi print out, sinopsis, foto/ilustrasi orisinil, dan proposal target pembaca.
4. Tulisan Siap Baca. Komprehensif, alur tulisan baik, bahasa mudah dipahami target pembaca yang dipilih, EYD sempurna.

Mengapa Suatu Naskah Ditolak?
1.    Kurang nilai ekonomisnya
2.    Materi/Judul tidak sesuai dengan fokus bisnis Penerbit
3.    Sudah ada buku sejenis di Penerbit
4.    Penulis tampak kurang menguasai materi
5.    Penulis tampak tidak mampu menuangkan idenya dengan baik, sekalipun penulis menguasai materi.
6.    Penuhnya kapasitas produksi Penerbit (masuk dalam penundaan terbit)

Sistem Kerja Sama
1. Royalti. Besaran royalti 6-10%, sangat bergantung dari naskah (materi, luas pasar, juga kredibilitas penulis). Dibayar setiap 6 bulan sekali setelah buku terbit.
2. Pembelian Naskah. Naskah juga dimungkinkan untuk dibeli dengan sistem beli putus, dengan perlakuan khusus.

Catatan: Penulisan naskah bisa dilakukan secara kelompok.