Minggu, 10 Mei 2020

PROSES MENERBITKAN BUKU AJAR


Kuliah online pada hari ini membahas materi “Proses Menerbitkan Buku Ajar” yang disampaikan oleh Bapak Joko Irawan Mumpuni. Beliau adalah Direktur Penerbitan di Penerbit Andi. Beliau juga ketua I, IKAPI DIYPenulis Buku bersertifikat BNSP, dan Asesor BNSP.



Gambar di atas menggambarkan bahwa seharusnya kita mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi penulis sampe jadi, jangan hanya di bawah tetapi betul-betul dilevel paling atas.



Ekosistem Penerbitan



Proses di penerbitan itu dimulai dari gambar besar yaitu proses dengan alur empat pelaku penerbitan itu sendiri di dalamnya.
Ada empat komponen dalam penerbitan buku
1. Penulis
2. Penerbit
3. Penyalur
4. Pembaca




Menerbitkan buku prosesnya diawali dari penulis yang mempunyai naskah. Naskah sudah jadi kemudian dikirim ke penerbit. Proses pertama yang dilakukan oleh penerbit adalah menilai naskah tersebut untuk diputuskan apakah naskah tersebut bisa diterbitkan atau tidak.


Kalau naskah tidak dikembalikan artinya naskah itu diterima oleh penerbit. Penerbit akan memberi tahu kepada penulis bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Oleh karena itu penerbit memberikan surat pemberitahuan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Berikutnya  penerbit akan meminta soft kopi naskah dan meminta penulis atau kelompok penulis untuk menandatangani surat perjanjian. Pada tahap ini kemudian penerbit akan menunggu sampai naskah dalam bentuk soft kopi datang dan diterima oleh penerbit.

Setelah penulis menyerahkan soft kopi naskah lengkap. Penerbit langsung bisa memprosesnya. Yang pertama adalah mengedit naskah tersebut. Jadi naskah itu tetap diedit, meskipun ditulis oleh para penulis dan sudah diedit dengan teliti. Tetapi penerbit akan tetap edit yaitu dari sisi bahasanya. Setelah diedit kemudian di setting. Di setting ukuran bukunya berapa kali berapa, ada hiasannya atau tidak, tebal buku, font tulisan, serta cover buku. Tim pembuat cover buku, akan mendesain cover buku sesuai dengan target marketnya.

Setelah naskah selesai di edit dan di setting serta dibuatkan cover maka naskah akan dicetak satu. Seperti buku yang seakan akan-akan terbit, dan persis yang akan terbit yang disebut naskah prof atau dami.  Naskah prof atau dami tersebut dikirimkan kepada penulis untuk dikoreksi akhir. Supaya tidak ada kesalahan fatal jika dicetak secara masif. Bolehkah naskah sudah hampir jadi dan tinggal prof di rubah total? Naskah yang sudah hampir jadi boleh di rubah total tetapi akan memakan waktu yang lebih lama hingga buku itu diterbitkan. Padahal kadang kadang buku itu sudah dinanti oleh calon pembaca untuk membelinya. Oleh sebab itu sebaiknya mengirimkan naskah kalau sudah jadi, sudah dipertimbangkan masak-masak. Jangan sampai setelah diedit oleh penerbit, sudah disetting cover. Kemudian naskah dami dikirim ternyata dirombak total. Hal itu akan menyulitkan bagi penerbit.

Naskah dami itu boleh dicoret-coret dan dikoreksi. Setelah naskah dami dicoret-coret, dikoreksi, dan dikasih catatan kemudian dikembalikan kepada penerbit. Berdasarkan coretan dan koreksi dari penulis itu penerbit melakukan koreksi di komputer. Kemudian setelah dikoreksi persis seperti kemauan penulis maka akan segera dibuatkan film. Film itu akan ditempelkan ke dalam plain atau plat cetak. Kemudian dimasukkan ke dalam alat cetak yang besar untuk dicetak lembar demi lembar. Jangan dibayangkan lembar demi lembar itu satu lembar halaman. Dalam teknis cetak dinamakan kateren. Satu kateren itu bisa enam belas halaman, delapan halaman, atau tiga puluh halaman. Setelah dicetak secara kateren lebar lebar itu baru masuk mesin lipat. Setelah dilipat baru dipotong kemudian dibending.


Indikator Bahwa Penulis Telah Berhasil Menerbitkan Buku

1.  Kepuasan
Penulis yang berhasil menerbitkan akan mendapatkan kepuasan yang amat sangat dalam, karena memang buku itu bermanfaat bagi orang lain.

2.  Reputasi
Penulis akan mulai terkenal. Reputasinya dikenal oleh siswa, oleh guru di mana mana di seluruh Indonesia,  di tingkat penyebaran buku tersebut. Website nya mulai banyak dikunjungi, mulai banyak orang bertanya, kemudian di sosial medianya mulai dikenal banyak orang. banyak orang subscrabe. Itu namanya reputasinya semakin meningkat. Tetapi jika itu tidak ada, itu mengindikasikan bahwa bukunya tidak laku, tidak ada yang baca.

3.  Karir
Ketika bukunya laku di pasaran pastinya karirnya akan meningkat. Biasanya ada surat keterangan dari penerbit bahwa si guru tersebut sudah menulis buku dengan nomor ISBN... untuk mengurus kenaikan pangkat.

4.  Royalti
Indikator paling nyata yaitu royalti. Jika royaltinya makin besar berarti penulis tersebut semakin berhasil. Jadi, jangan puas hanya menulis buku sampai terbit, dicetak, dan dipajang di toko. Yang rugi besar adalah penerbitnya. Penerbit itu selalu berharap para penulis dapat royalti sebesar besarnya artinya penerbit juga akan untung sebesar-besarnya.


Indikator Buku Akan Sukses Atau Tidak Di Penerbit
1. Peluang potensi pasar ± 50 %
2. Keilmuan (kalau buku ajar tentunya sesuai dengan kurikulum) ± 30 %
3. Reputasi penulis ± 10 %
4. Editorial ± 10 %


Ciri Naskah Yang Akan Diterbitkan Oleh Penerbit
1. Tema populer dan penulisnya populer. Buku itu dijamin pasti laku di pasar
2. Tema tidak populer tetapi penulisnya populer. Contoh buku informatika PGRI. PGRI mempunyai popularitas, tetapi tema yang ditulis belum tentu populer. Buku tersebut akan laku di pasar karena penulisnya populer.
3. Tema populer tetapi penulis tidak populer. Bagi penulis pemula, tulislah tema-tema yang populer, tema yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Tema tidak populer dan penulis juga tidak populer. Jika tema tidak populer penulisnya juga tidak populer kemungkinan besar akan di tolak oleh penerbit. Karena tidak ada satu hal pun alasan yang bisa jual.


Untuk mengecek tema itu populer atau tidak bisa menggunakan google trends. Tema yang dicari akan kelihatan dari grafiknya. Apakah grafiknya cenderung naik, cenderung turun atau start. Jika start tetapi di level yang atas berarti pasarnya stabil. Tetapi jika grafiknya semakin turun biasanya penerbit akan berpikir dua kali untuk menerbitkan buku-buku yang temanya tidak ada trennya sama sekali.  Jadi, sebelum menulis buku sebaiknya lihat di google trend, apakah tema yang ditulis sedang punya peluang? Sampai kapan peluangnya? jangan sampai peluang itu hanya satu bulan. Misalnya tema tentang bencana gempa bumi. Bagaimana kalau tema corona? Tergantung, misalnya korona sampaiakhir tahun. Belum tentu itu berakhir berarti buku tersebut punya peluang sampe akhir tahun. Yang paling enak adalah nulis buku pelajaran. Selama kurikulumnya tidak diganti maka buku itu tetap laku dan rutin laku tiap tahun di awal semester.


Sedangkan melihat penulis itu populer atau tidak. Jika penulis itu dosen maka bisa dilihat dari google scholar atau googl cendekia. Di sana akan kelihatan sekali sudah punya karya berapa, baik buku maupun jurnal. Kemudian karya-karyanya tersebut sudah banyak dibaca orang atau belum dilaihat dari sitasi. Sudah banyak dikutip banyak orang apa belum di dunia maupun indonesia.  Rata-rata, yang pasarnya bisa dipertanggungjawabkan apabila si penulis tersebut sudah punya minimal disitasi dua ribu kali oleh pembacanya. Untuk penulis yang tidak punya google cendekia, penerbit browsing dari dari data data yang lain. Sudah pernah nulis buku apa belum, track recordnya, ngajar mata pelajaran apa saja, pendidikannya, komunitasnya. kalau penulis punya media sosial ternyata blognya bagus pengikutnya banyak. Itu merupakan peluang pasar. Kalau di facebook, penulis ternyata jadi admin grup yang anggotanya ratusan ribu orang. Itu peluang bagus, jadi tidak selalu berdasarkan google cendekia atau google scholer. Kalau dosen memang itu sangat mudah dilacak dari situ, tapi kalau non dosen biasanya penerbit mencari data-data lain di luar dari pada google scholer.



Selanjutnya akan dibahas proses jumlah cetak. Jumlah cetak dalam penerbitan atau jumlah cetak buku itu sering disebut dengan istilah oplah. Semakin besar oplahnya semakin besar bagus. Untuk menentukan oplah itu mau dicetak sepuluh ribu, tiga ribu, atau tiga ratus aja atau bahkan lebih ratusan ribu. Itu tergantung daripada buku tersebut masuk di kuadran mana.

Ada 4 Kwadran Kategori Naskah Sebagai Dasar Penentuan Oplah

1.  Market sempit dan lifecycle panjang.
Pada kuadran pertama ini penerbit tidak akan rugi, tetapi cuma lakunya tertunda. Karena buku itu akan laku sepanjang masa, meskipun tidak di update, tidak direvisi, bahkan ketika penulisnya sudah meninggal, buku itu akan tetap laku. Buku-buku yang masuk tipe lifecycle panjang adalah buku-buku ilmu murni yaitu matematika dasar, fisika dasar, kimia dasar, anatomi. Ilmu-ilmu tersebut tidak akan pernah berubah. Buku-buku tipe ini sebetulnya bisa dicetak menengah, kalau terlalu banyak nanti kelebihan stok di gudang. Sehingga akan muncul biaya gudang. Tetapi tidak akan menimbulkan kerugian, karena buku itu akan laku cuma jangka panjang.

2.  Market lebar dan lifecycle panjang
Buku tipe seperti ini yang paling disukai oleh penerbit. Karena buku-buku semacam itu setiap saat akan laku dan jumlahnya besar. Misalnya ensiklopedi komputer, tokoh dunia, ensiklopedi pramuka, kamus, komputer dan sebagainya. Buku-buku tipe akan laku selama-lamanya dan besar sekali pasarnya.

3. Marketnya lebar tetapi lifecycle pendek
Buku-buku yang masuk tipe ini adalah buku-buku yang tergantung pada perkembangan teknologi seperti buku informatika, buku komputer. Meskipun hari ini kita terbitkan ternyata bulan depan ada rilis baru dan itu ketinggalan zaman. Suka tidak suka buku itu akan tidak laku di gudang, berapa pun jumlahnya buku itu harus direvisi. Kalau tidak di revisi maka buku itu tidak laku. Yang direvisi adalah soft copy dari buku yang lama, tetapi bu yang terlanjur dicetak tidak bisa direvisi. Itulah yang menimbulkan kerugian bagi penerbit. Biasanya buku seperti itu dimusnahkan oleh penerbit supaya tidak menimbulkan biaya gudang.

4. Market sempit dan lifecycle pendek.
Diharapka penulis dan calon penulis jangan menulis buku-buku yang temanya marketnya sempit dan lifecyclenya sangat pendek, yaitu berita mingguan, berita harian. Berita seperti itu tidak usah ditulis karena jelas tidak akan pernah diterima penerbit.


Konsistensi Gaya Selingkung 

Pada dasarnya penerbit tidak pernah menolak gaya selingkung tertentu, semua diterima asalkan gaya selingkungnya konsisten dalam satu naskah buku. Jika di awal menggunakan gaya selingkung MLA maka sampai akhir tulisan tetap menggunakan MLA. Untuk itu penulis juga harus belajar tentang gaya selingkung. Ada beberapa macam gaya selingkung, yaitu:
1. American Language Association (ALA)
2. Machigan Languange Association (MLA)
3. Chicago Manual Style (CMS)
4. American Psycology Association (APA)
5. Vancouver Style
6. Harvard Style




Katergori Penulis
Ada dua macam kategori penulis yaitu penulis idealis dan penulis industrialis.
1.  Penulis idealis adalah penulis yang tidak butuh uang, tidak pernah menanyakan royalti, tidak pernah menanyakan transferan dari penerbit. Biasanya kalau judulnya kurang bagus walaupun isinya bagus, kemudian penerbit menawarkan untuk diganti judulnya maka penulis akan menolak. Penulis idealis biasanya dulunya juga penulis industrialis.
2.  Penulis industrialis adalah penulis yang orientasinya semata-mata untuk mendapatkan uang atau finasial. Biasanya seiring dengan bertambahnya usia penulis, penulis industrialis akan berubah menjadi penulis idealis.


Penting mana menulis buku tingkat keilmuan tinggi dengan tingkat keilmuan rendah
Biasanya buku-buku dengan tingkat keilmuannya rendah (misalnya buku untuk sekolah dasar) jumlah konsumennya besar dibanding buku dengan tingkat keilmuannya tinggi (misalnya buku untuk mahasiswa S2 atau S3). Jadi, meskipun seorang doktor tidak perlu malu menulis buku- untuk tingkat dasar, SMP atau SMA karena buku itu pasarnya lebar. Berbeda dengan buku-buku untuk mahasiswa S2 atau S3, buku itu paling hanya laku ratusan eksemplar sedangkan buku laku di bawah seribu penerbit itu rugi. Penerbit biasanya akan menerbitkan buku 3000 eksemplar ke atas karena penerbit akan untung. Memang kadang-kadang pemikiran penulis ini beda dengan penerbit. Kadang-kadang penulis yang punya reputasi yang sudah tinggi, harga dirinya semakin tinggi, kecenderungan untuk menulis keilmuan tinggi dan malu menulis keilmuan rendah. Karena buku keluimuan tinggi lakunya sedikit, maka kadang-kadang penulis harus berdiskusi dengan penerbit kalau buku itu akan diterbitkan secara komersial, kecuali kalau dibiayai oleh penulisnya sendiri. Dicetak di penerbit kemudian dibagi gratis. Yang itu  terserah, mau nulis apa saja terserah penerbit ikut saja asalkan dibiayai oleh penulis sendiri.  


Proses Administrasi Naskah di Penerbitan

Proses administrasi naskah di penerbitan menggambarkan status naskah itu sampai di mana. Yang paling bawah itu adalah ada kata royalti. Royalti itu diterimakan setelah buku itu terbit, diedarkan enam bulan pertama, enam bulan kedua dan seterusnya. Royalti itu diberikan kepada penulis per semester. per enam bulan pertama, kedua, dan seterusnya. Penulis harus bisa bekerja sama dengan penerbit agar bukunya cepat terbit dan dapat terjual di pasar sehingga penulis secepatnya dapat royalti. Penerbit  akan mencetak buku sesuai dengan kebututuhan. Kalau buku itu dibutuhkan tahun depan maka penerbit tidak akan mencetakkan sekarang taapi dicetak tahun depan karena buku itu akan berhenti di gudang, padahal untuk mencetak buku butuh biaya.  

Jumlah Buku yang diterbitkan Penerbit Andi


Setiap bulan jumlah naskah yang masuk ke penerbit Andi 400 sampai 500 naskah dan yang paing sedikit 300 naskah. Sedangkan jumlah naskah yang diterima hanya 50 sampai 60 judul. Berarti jumlah naskah yang diterima hanya sekitar 10%. Alasan naskah ditolak penerbit adalah diduga buku itu tidak mempunyai pasar. Tetapi bisa saja menggunakan model kerja sama reguler yaitu buku belum tentu diterbitkan. Buku itu akan diterbitkan tergantung penilaian dari penerbit. Jika menginginkan buku itu diterbitkan maka harus ada kerjasama MoU antara penerbit dan lembaga. Misalnya buku informatika PGRI.  Prosesnya panjang harus MoU kalau sudah MoU penerbit tidak berhak menolak. Sehingga jika ada kekurangan penerbit harus kerja keras memperbaikinya, mendiskusikan sampai sempurna. Sampai penerbit yakin bahwa pasar akan terima buku tersebut. Karena kerjasama antar lembaga, berarti harus ada lembaga yang menaunginya supaya buku itu dipaksa laku. Buku tersebut ada logo lembaga yang dipasang sebagai promo untuk meningkatkan reputasi lembaga tersebut.


Jika penulis tidak memiliki lembaga, penulis bisa memilih model kerjasama no. 3 yaitu kerjasama perorangan atau pilih no. 4 program Andi pro literasi. Program Andi pro literasi yaitu penulisnya menyediakan dana 10 juta. Kalau ditulis dua orang berarti tiap orang 5 juta, dan seterusnya.  Program Andi pro literasi berarti penerbit dipaksa untuk tetap menerbitkan buku misalnya untuk kepentingan kenaikan pangkat penulis. Buku itu tidak diedarkan oleh penerbit, yang mungkin dijual adalah e booknya. Tetapi tidak bisa memberi royalti sebesar buku cetak yang laris manis.


Pepatah yang ditulis oleh imam al ghazali. Beliau mengatakan “Bila kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah”. Pepatah ini ditulis supaya hidup ini lebih mulia untuk sesama.

Kelengkapan Naskah yang Harus Dipenuhi 









Demikian resume kuliah online hari ini, semoga ilmu yang didapat bermanfaat..Aamiin








2 komentar: