Kuliah online pada hari ini membahas materi “Proses Menerbitkan Buku Ajar” yang disampaikan oleh Bapak Joko Irawan Mumpuni. Beliau adalah Direktur Penerbitan di Penerbit Andi. Beliau juga ketua I, IKAPI DIY, Penulis Buku bersertifikat BNSP, dan Asesor BNSP.
Gambar di atas menggambarkan bahwa seharusnya
kita mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi penulis sampe jadi, jangan
hanya di bawah tetapi betul-betul dilevel paling atas.
Ekosistem Penerbitan
Proses di penerbitan itu dimulai dari gambar besar yaitu proses dengan alur empat pelaku penerbitan itu sendiri di dalamnya.
Ada empat komponen dalam penerbitan buku
1. Penulis
2. Penerbit
3. Penyalur
4. Pembaca
Menerbitkan buku prosesnya diawali
dari penulis yang mempunyai naskah. Naskah sudah jadi kemudian dikirim ke
penerbit. Proses pertama yang dilakukan oleh penerbit adalah menilai naskah
tersebut untuk diputuskan apakah naskah tersebut bisa diterbitkan atau tidak.
Kalau naskah tidak dikembalikan artinya
naskah itu diterima oleh penerbit. Penerbit akan memberi tahu kepada penulis
bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Oleh karena itu penerbit memberikan
surat pemberitahuan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Berikutnya penerbit akan meminta soft kopi naskah dan meminta
penulis atau kelompok penulis untuk menandatangani surat perjanjian. Pada tahap
ini kemudian penerbit akan menunggu sampai naskah dalam bentuk soft kopi datang
dan diterima oleh penerbit.
Setelah penulis menyerahkan soft
kopi naskah lengkap. Penerbit langsung bisa memprosesnya. Yang pertama adalah
mengedit naskah tersebut. Jadi naskah itu tetap diedit, meskipun ditulis oleh
para penulis dan sudah diedit dengan teliti. Tetapi penerbit akan tetap edit
yaitu dari sisi bahasanya. Setelah diedit kemudian di setting. Di setting
ukuran bukunya berapa kali berapa, ada hiasannya atau tidak, tebal buku, font
tulisan, serta cover buku. Tim pembuat cover buku, akan mendesain cover buku sesuai
dengan target marketnya.
Setelah naskah selesai di edit dan
di setting serta dibuatkan cover maka naskah akan dicetak satu. Seperti buku
yang seakan akan-akan terbit, dan persis yang akan terbit yang disebut naskah
prof atau dami. Naskah prof atau dami
tersebut dikirimkan kepada penulis untuk dikoreksi akhir. Supaya tidak ada
kesalahan fatal jika dicetak secara masif. Bolehkah naskah sudah hampir jadi dan
tinggal prof di rubah total? Naskah yang sudah hampir jadi boleh di rubah total
tetapi akan memakan waktu yang lebih lama hingga buku itu diterbitkan. Padahal
kadang kadang buku itu sudah dinanti oleh calon pembaca untuk membelinya. Oleh sebab
itu sebaiknya mengirimkan naskah kalau sudah jadi, sudah dipertimbangkan masak-masak.
Jangan sampai setelah diedit oleh penerbit, sudah disetting cover. Kemudian naskah
dami dikirim ternyata dirombak total. Hal itu akan menyulitkan bagi penerbit.
Naskah dami itu boleh dicoret-coret
dan dikoreksi. Setelah naskah dami dicoret-coret, dikoreksi, dan dikasih catatan
kemudian dikembalikan kepada penerbit. Berdasarkan coretan dan koreksi dari
penulis itu penerbit melakukan koreksi di komputer. Kemudian setelah dikoreksi
persis seperti kemauan penulis maka akan segera dibuatkan film. Film itu akan ditempelkan
ke dalam plain atau plat cetak. Kemudian dimasukkan ke dalam alat cetak yang
besar untuk dicetak lembar demi lembar. Jangan dibayangkan lembar demi lembar
itu satu lembar halaman. Dalam teknis cetak dinamakan kateren. Satu kateren itu
bisa enam belas halaman, delapan halaman, atau tiga puluh halaman. Setelah dicetak
secara kateren lebar lebar itu baru masuk mesin lipat. Setelah dilipat baru
dipotong kemudian dibending.
Indikator Bahwa Penulis Telah
Berhasil Menerbitkan Buku
1. Kepuasan
Penulis yang berhasil menerbitkan akan mendapatkan kepuasan yang amat
sangat dalam, karena memang buku itu bermanfaat bagi orang lain.
2. Reputasi
Penulis akan mulai terkenal. Reputasinya dikenal oleh siswa, oleh
guru di mana mana di seluruh Indonesia, di
tingkat penyebaran buku tersebut. Website nya mulai banyak dikunjungi, mulai
banyak orang bertanya, kemudian di sosial medianya mulai dikenal banyak orang.
banyak orang subscrabe. Itu namanya reputasinya semakin meningkat. Tetapi jika
itu tidak ada, itu mengindikasikan bahwa bukunya tidak laku, tidak ada yang
baca.
3. Karir
Ketika bukunya laku di pasaran pastinya karirnya akan meningkat. Biasanya
ada surat keterangan dari penerbit bahwa si guru tersebut sudah menulis buku
dengan nomor ISBN... untuk mengurus kenaikan pangkat.
4. Royalti
Indikator paling nyata yaitu royalti. Jika royaltinya makin besar
berarti penulis tersebut semakin berhasil. Jadi, jangan puas hanya menulis buku
sampai terbit, dicetak, dan dipajang di toko. Yang rugi besar adalah
penerbitnya. Penerbit itu selalu berharap para penulis dapat royalti sebesar
besarnya artinya penerbit juga akan untung sebesar-besarnya.
Indikator Buku Akan Sukses Atau
Tidak Di Penerbit
1. Peluang potensi pasar ± 50 %
2. Keilmuan (kalau buku ajar
tentunya sesuai dengan kurikulum) ± 30 %
3. Reputasi penulis ± 10 %
4. Editorial ± 10 %
Ciri Naskah Yang Akan Diterbitkan
Oleh Penerbit
1. Tema populer dan penulisnya
populer. Buku itu dijamin pasti laku di pasar
2. Tema tidak populer tetapi
penulisnya populer. Contoh buku informatika PGRI. PGRI mempunyai popularitas,
tetapi tema yang ditulis belum tentu populer. Buku tersebut akan laku di pasar
karena penulisnya populer.
3. Tema populer tetapi penulis
tidak populer. Bagi penulis pemula, tulislah tema-tema yang populer,
tema yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Tema tidak populer dan
penulis juga tidak populer. Jika tema tidak populer penulisnya juga
tidak populer kemungkinan besar akan di tolak oleh penerbit. Karena tidak ada
satu hal pun alasan yang bisa jual.
Untuk mengecek tema itu populer atau
tidak bisa menggunakan google trends. Tema yang dicari akan kelihatan dari grafiknya.
Apakah grafiknya cenderung naik, cenderung turun atau start. Jika start tetapi
di level yang atas berarti pasarnya stabil. Tetapi jika grafiknya semakin turun
biasanya penerbit akan berpikir dua kali untuk menerbitkan buku-buku yang
temanya tidak ada trennya sama sekali. Jadi,
sebelum menulis buku sebaiknya lihat di google trend, apakah tema yang ditulis
sedang punya peluang? Sampai kapan peluangnya? jangan sampai peluang itu hanya satu
bulan. Misalnya tema tentang bencana gempa bumi. Bagaimana kalau tema corona? Tergantung,
misalnya korona sampaiakhir tahun. Belum tentu itu berakhir berarti buku
tersebut punya peluang sampe akhir tahun. Yang paling enak adalah nulis buku
pelajaran. Selama kurikulumnya tidak diganti maka buku itu tetap laku dan rutin
laku tiap tahun di awal semester.
Sedangkan melihat penulis itu populer
atau tidak. Jika penulis itu dosen maka bisa dilihat dari google scholar atau
googl cendekia. Di sana akan kelihatan sekali sudah punya karya berapa, baik
buku maupun jurnal. Kemudian karya-karyanya tersebut sudah banyak dibaca orang
atau belum dilaihat dari sitasi. Sudah banyak dikutip banyak orang apa belum di
dunia maupun indonesia. Rata-rata, yang
pasarnya bisa dipertanggungjawabkan apabila si penulis tersebut sudah punya
minimal disitasi dua ribu kali oleh pembacanya. Untuk penulis yang tidak punya
google cendekia, penerbit browsing dari dari data data yang lain. Sudah pernah
nulis buku apa belum, track recordnya, ngajar mata pelajaran apa saja,
pendidikannya, komunitasnya. kalau penulis punya media sosial ternyata blognya
bagus pengikutnya banyak. Itu merupakan peluang pasar. Kalau di facebook, penulis
ternyata jadi admin grup yang anggotanya ratusan ribu orang. Itu peluang bagus,
jadi tidak selalu berdasarkan google cendekia atau google scholer. Kalau dosen
memang itu sangat mudah dilacak dari situ, tapi kalau non dosen biasanya penerbit
mencari data-data lain di luar dari pada google scholer.
Selanjutnya akan dibahas proses
jumlah cetak. Jumlah cetak dalam penerbitan atau jumlah cetak buku itu sering
disebut dengan istilah oplah. Semakin besar oplahnya semakin besar bagus. Untuk
menentukan oplah itu mau dicetak sepuluh ribu, tiga ribu, atau tiga ratus aja
atau bahkan lebih ratusan ribu. Itu tergantung daripada buku tersebut masuk di
kuadran mana.
Ada 4 Kwadran Kategori Naskah
Sebagai Dasar Penentuan Oplah
1. Market sempit dan lifecycle panjang.
Pada kuadran pertama ini penerbit tidak akan rugi, tetapi cuma
lakunya tertunda. Karena buku itu akan laku sepanjang masa, meskipun tidak di
update, tidak direvisi, bahkan ketika penulisnya sudah meninggal, buku itu akan
tetap laku. Buku-buku yang masuk tipe lifecycle panjang adalah buku-buku ilmu
murni yaitu matematika dasar, fisika dasar, kimia dasar, anatomi. Ilmu-ilmu
tersebut tidak akan pernah berubah. Buku-buku tipe ini sebetulnya bisa dicetak
menengah, kalau terlalu banyak nanti kelebihan stok di gudang. Sehingga akan
muncul biaya gudang. Tetapi tidak akan menimbulkan kerugian, karena buku itu
akan laku cuma jangka panjang.
2. Market lebar dan lifecycle panjang
Buku tipe seperti ini yang paling disukai oleh penerbit. Karena
buku-buku semacam itu setiap saat akan laku dan jumlahnya besar. Misalnya ensiklopedi
komputer, tokoh dunia, ensiklopedi pramuka, kamus, komputer dan sebagainya. Buku-buku
tipe akan laku selama-lamanya dan besar sekali pasarnya.
3. Marketnya lebar tetapi lifecycle
pendek
Buku-buku yang masuk tipe ini adalah buku-buku yang tergantung pada
perkembangan teknologi seperti buku informatika, buku komputer. Meskipun hari
ini kita terbitkan ternyata bulan depan ada rilis baru dan itu ketinggalan
zaman. Suka tidak suka buku itu akan tidak laku di gudang, berapa pun jumlahnya
buku itu harus direvisi. Kalau tidak di revisi maka buku itu tidak laku. Yang direvisi
adalah soft copy dari buku yang lama, tetapi bu yang terlanjur dicetak tidak
bisa direvisi. Itulah yang menimbulkan kerugian bagi penerbit. Biasanya buku
seperti itu dimusnahkan oleh penerbit supaya tidak menimbulkan biaya gudang.
4. Market sempit dan lifecycle
pendek.
Diharapka penulis dan calon penulis jangan menulis buku-buku yang
temanya marketnya sempit dan lifecyclenya sangat pendek, yaitu berita mingguan,
berita harian. Berita seperti itu tidak usah ditulis karena jelas tidak akan pernah
diterima penerbit.
Konsistensi Gaya Selingkung
Pada dasarnya penerbit tidak pernah
menolak gaya selingkung tertentu, semua diterima asalkan gaya selingkungnya
konsisten dalam satu naskah buku. Jika di awal menggunakan gaya selingkung MLA
maka sampai akhir tulisan tetap menggunakan MLA. Untuk itu penulis juga harus
belajar tentang gaya selingkung. Ada beberapa macam gaya selingkung, yaitu:
1. American Language Association
(ALA)
2. Machigan Languange Association
(MLA)
3. Chicago Manual Style (CMS)
4. American Psycology Association
(APA)
5. Vancouver Style
6. Harvard Style
Katergori Penulis
Ada dua macam kategori penulis yaitu
penulis idealis dan penulis industrialis.
1. Penulis idealis adalah penulis
yang tidak butuh uang, tidak pernah menanyakan royalti, tidak pernah menanyakan
transferan dari penerbit. Biasanya kalau judulnya kurang bagus walaupun isinya
bagus, kemudian penerbit menawarkan untuk diganti judulnya maka penulis akan
menolak. Penulis idealis biasanya dulunya juga penulis industrialis.
2. Penulis industrialis adalah
penulis yang orientasinya semata-mata untuk mendapatkan uang atau finasial. Biasanya
seiring dengan bertambahnya usia penulis, penulis industrialis akan berubah
menjadi penulis idealis.
Penting mana menulis buku tingkat
keilmuan tinggi dengan tingkat keilmuan rendah
Biasanya buku-buku dengan tingkat
keilmuannya rendah (misalnya buku untuk sekolah dasar) jumlah konsumennya besar
dibanding buku dengan tingkat keilmuannya tinggi (misalnya buku untuk mahasiswa
S2 atau S3). Jadi, meskipun seorang doktor tidak perlu malu menulis buku- untuk
tingkat dasar, SMP atau SMA karena buku itu pasarnya lebar. Berbeda dengan buku-buku
untuk mahasiswa S2 atau S3, buku itu paling hanya laku ratusan eksemplar
sedangkan buku laku di bawah seribu penerbit itu rugi. Penerbit biasanya akan
menerbitkan buku 3000 eksemplar ke atas karena penerbit akan untung. Memang
kadang-kadang pemikiran penulis ini beda dengan penerbit. Kadang-kadang penulis
yang punya reputasi yang sudah tinggi, harga dirinya semakin tinggi, kecenderungan
untuk menulis keilmuan tinggi dan malu menulis keilmuan rendah. Karena buku
keluimuan tinggi lakunya sedikit, maka kadang-kadang penulis harus berdiskusi
dengan penerbit kalau buku itu akan diterbitkan secara komersial, kecuali kalau
dibiayai oleh penulisnya sendiri. Dicetak di penerbit kemudian dibagi gratis. Yang
itu terserah, mau nulis apa saja
terserah penerbit ikut saja asalkan dibiayai oleh penulis sendiri.
Proses Administrasi Naskah di
Penerbitan
Proses administrasi naskah di
penerbitan menggambarkan status naskah itu sampai di mana. Yang paling bawah
itu adalah ada kata royalti. Royalti itu diterimakan setelah buku itu terbit,
diedarkan enam bulan pertama, enam bulan kedua dan seterusnya. Royalti itu
diberikan kepada penulis per semester. per enam bulan pertama, kedua, dan
seterusnya. Penulis harus bisa bekerja sama dengan penerbit agar bukunya cepat
terbit dan dapat terjual di pasar sehingga penulis secepatnya dapat royalti. Penerbit
akan mencetak buku sesuai dengan
kebututuhan. Kalau buku itu dibutuhkan tahun depan maka penerbit tidak akan
mencetakkan sekarang taapi dicetak tahun depan karena buku itu akan berhenti di
gudang, padahal untuk mencetak buku butuh biaya.
Jumlah Buku yang
diterbitkan Penerbit Andi
Setiap bulan jumlah naskah yang
masuk ke penerbit Andi 400 sampai 500 naskah dan yang paing sedikit 300 naskah.
Sedangkan jumlah naskah yang diterima hanya 50 sampai 60 judul. Berarti jumlah
naskah yang diterima hanya sekitar 10%. Alasan naskah ditolak penerbit adalah
diduga buku itu tidak mempunyai pasar. Tetapi bisa saja menggunakan model kerja
sama reguler yaitu buku belum tentu diterbitkan. Buku itu akan diterbitkan tergantung
penilaian dari penerbit. Jika menginginkan buku itu diterbitkan maka harus ada
kerjasama MoU antara penerbit dan lembaga. Misalnya buku informatika PGRI. Prosesnya panjang harus MoU kalau sudah MoU penerbit
tidak berhak menolak. Sehingga jika ada kekurangan penerbit harus kerja keras
memperbaikinya, mendiskusikan sampai sempurna. Sampai penerbit yakin bahwa
pasar akan terima buku tersebut. Karena kerjasama antar lembaga, berarti harus
ada lembaga yang menaunginya supaya buku itu dipaksa laku. Buku tersebut ada
logo lembaga yang dipasang sebagai promo untuk meningkatkan reputasi lembaga
tersebut.
Jika penulis tidak memiliki lembaga,
penulis bisa memilih model kerjasama no. 3 yaitu kerjasama perorangan atau
pilih no. 4 program Andi pro literasi. Program Andi pro literasi yaitu
penulisnya menyediakan dana 10 juta. Kalau ditulis dua orang berarti tiap orang
5 juta, dan seterusnya. Program Andi pro
literasi berarti penerbit dipaksa untuk tetap menerbitkan buku misalnya untuk kepentingan
kenaikan pangkat penulis. Buku itu tidak diedarkan oleh penerbit, yang mungkin
dijual adalah e booknya. Tetapi tidak bisa memberi royalti sebesar buku cetak
yang laris manis.
Pepatah yang ditulis oleh imam al
ghazali. Beliau mengatakan “Bila kau bukan anak raja juga bukan anak
ulama besar maka menulislah”. Pepatah ini ditulis supaya hidup ini
lebih mulia untuk sesama.
Kelengkapan Naskah yang Harus Dipenuhi
Demikian resume kuliah online hari ini, semoga ilmu yang didapat bermanfaat..Aamiin
ayo terbitkan bukumu
BalasHapusInsyaALLAH OMJAY...ini lagi menyelesaikan buku pelajaran fisika
BalasHapus