Dari Mana Mencari Ide?
Bagi penulis pemula seperti saya ini selalu merasa kesulitan
mencari ide. Belum mampu menangkap segala sesuatu yang bisa dijadikan sebagai
ide menulis. Sebenarnya, semua yang ditangkap oleh panca indra kita, segala
sesuatu yang kita lakukan bisa dijadikan sebagai ide menulis. Hanya saja,
kadang kita yang tidak bisa menangkap bahwa semua itu bisa kita jadikan ide
menulis. Oleh sebab itu, kita perlu membiasakan diri untuk tanggap terhadap
segala sesuatu yang bisa kita jadikan sebagai ide menulis.
Menurut Bapak Akbar Zainudin, ada beberapa hal yang bisa dijadikan
sumber ide dan inspirasi dalam menulis, antara lain:
1. Dari Film yang
Kita Tonton
Film merupakan salah satu sumber
inspirasi dalam menulis buku. Sebuah film biasanya tidak semata-mata membawa
cerita yang menghibur penonton tetapi juga mempunyai ide-ide yang ingin
disampaikan. Ide-ide inilah yang bisa menjadi inspirasi bagi para penulis
menjadikannya sebagai tema tulisan.
Saat kita melihat film “Titanic”
misalnya, beberapa pesan yang ingin ditampilkan dalam film ini di antaranya
adalah “Jangan Sombong”, “Tetaplah Mempunyai Harapan Walaupun Kecil”, “Cinta
Tidak Mengenal Kasta”, dan ide-ide lain yang bisa kita gali. Film “Green
Lantern” memberikan pesan kuat bahwa kita mesti punya keberanian agar bisa
mengalahkan berbagai ketakutan.
Hampir setiap film membawa pesan
tersendiri. Jangan lupa selalu membawa catatan agar kita bisa mengambil
pesan-pesan yang disampaikan untuk dijadikan bahan tulisan.
Film Titanic ini film yang selalu
saya suka, saya tonton berkali-kali, dan juga saya tulis berkali-kali. Satu
tulisan tentang Titanic ini bahkan masuk menjadi "ilustrasi" kisah
tentang kesombongan, cinta, dan juga motivasi.
Ingat kata-kata terakhirnya:
"Jangan pernah menyerah, apapun yang terjadi, walau tidak ada harapan
sekalipun".
Nah, Anda terinspirasi oleh film
apa selama ini?Jangan hanya ditonton, tulis.
2. Buku dan apapun
yang Kita Baca
Buku yang kita baca merupakan
sumber inspirasi tiada habisnya. Bagaimana mengambil inspirasi dari buku atau
artikel yang kita baca?
a. Melengkapi buku atau artikel yang sudah ada.
Jika kita ahli memasak dan membaca buku resep masakan, kita bisa melakukan
perbandingan dan melengkapinya. Kita menulis hal yang baru dan berbeda sehingga
bisa saling melengkapi satu dengan yang lain.
b. Membuat buku dengan tema yang sama tetapi
lebih baik. Lebih baik di sini adalah lebih kaya dengan ilustrasi, lebih banyak
contoh-contoh dari kalangan lokal ataupun lebih mendalam pada saat bercerita.
Kita menghadirkan tema yang sama dengan suasana dan gaya bahasa berbeda.
c. Membuat pemikiran berbeda dengan apa yang kita
baca. Tradisi menjawab ataupun mengritik pemikiran seseorang dengan menulis
buku atau artikel sanggahan adalah tradisi pemikiran yang luar biasa. Pembaca
kedua buku atau artikel yang saling bertentangan bisa disuguhkan berbagai
argumentasi yang mendasari perbedaan pemikiran tersebut. Ini merupakan tradisi
ilmiah yang perlu dilestarikan. Buku dijawab dengan buku. Artikel dijawab
dengan artikel.
Tidak sekadar membaca. Hasil dari
membaca adalah tulisan baru.
3. Dari Peristiwa
yang Kita Rasakan
Menuliskan peristiwa yang kita
alami sangat mengasyikkan karena menceritakan hal nyata. Peristiwa yang kita
alami bisa menjadi sebuah novel menarik dan masuk akal karena melibatkan contoh
sehari-hari.
Bahkan semua peristiwa menarik
dituliskan. Apalagi jika penuh dengan konflik dan perjuangan panjang, akan jauh
lebih menarik. Berbagai kisah novel yang terinspirasi kisah nyata bisa menjadi
best seller salah satunya karena dirasa dekat dengan kehidupan para pembaca
sehingga seakan mereka mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Jangan remehkan catatan harian
(diary). Catatan perjalanan hidup itu mungkin tidak kita rasakan penting
sekarang, tetapi suatu saat nanti pernak pernik kehidupan itu bisa menjadi
bahan cerita yang menakjubkan.
Untuk buku non fiksi, peristiwa
sehari-hari bisa menjadi contoh yang baik dalam menjelaskan sebuah pesan.
Misalnya, Anda sebagai guru ingin
menuliskan tentang bagaimana seorang anak bisa berubah lebih baik. Nah, proses
perkembangan sehari-hari yang terjadi bisa menjadi contoh yang menguatkan
pemikiran kita.
4. Dari Perjalanan
yang Kita Lakukan
Saat kita melakukan perjalanan ke
suatu daerah, jangan lupa menulis hal-hal unik yang ada di sana. Tulisan
perjalanan bisa menjadi buku mengasyikkan.
Hal-hal yang menarik ditulis di
antaranya adalah tujuan wisata lokal, kehidupan penduduk, makanan khas, budaya
tradisional, oleh-oleh yang bisa dibawa, adat istiadat, dan berbagai sudut
pandang yang berbeda.
Buku Naked Traveller adalah
contoh yang pas bagaimana kisah perjalanan itu dibukukan. Sang penulis, Trinity
Traveller menceritakan setiap detail dari kisah perjalanan yang dialami
sehingga pembaca seakan dibawa ke tempat ia bercerita. Kumpulan cerita
perjalanan selain menjadi hiburan tersendiri juga bisa menjadi panduan wisata
saat kita berkunjung ke sana.
5. Dari Lagu yang
Kita Dengar
Lagu juga bisa menjadi sumber
inspirasi. Simak dan nikmati lagu-lagu tersebut dengan baik, pahami pesan yang
dibawa, tuangkan menjadi tulisan.
Saat mendengarkan lagu “Laskar
Pelangi” atau “Di Atas Awan” yang dinyanyikan grup band Nidji misalnya, yang
terbayang di atas kita adalah tulisan tentang keberanian bermimpi dan kerja
keras mencapai impian. Tidak ada satupun hal di dunia ini yang tidak bisa kita
capai asal kita mau bekerja keras.
Dengan memahami satu persatu
syair lagu dengan baik akan membuat kita mampu menuliskan tema-tema yang ada
dalam lagu tersebut. Dengarkanlah banyak lagu, nikmati syair dan alunan
musiknya, lalu ambillah inspirasi untuk menjadi tulisan.
6. Dari Curhat dan
Obrolan
Inspirasi sebuah tulisan juga
bisa didapatkan hasil dari “curhat” ataupun obrolan dengan teman. Saat orang
menceritakan permasalahannya, bisa menjadi satu tema tulisan yang bisa kita
angkat. Bisa jadi, orang mengalami permasalahan yang kurang lebih sama sehingga
membutuhkan jalan keluar yang tidak jauh berbeda.
Seorang penulis memang lebih baik
sering mengobrol dengan banyak orang. Semakin sering mengobrol akan semakin
banyak tema yang bisa dituliskan. Jika satu obrolan menghasilkan satu tema,
puluhan obrolan setiap hari menghasilkan puluhan tema yang bisa dituliskan.
Saya banyak sekali mendapatkan
inspirasi tulisan dari orang-orang yang curhat. Mereka punya masalah dan
bagaimana kita mencari solusi atas masalah tersebut. Itu akan menjadi ide
tulisan yang luar bias.
7. Dari Status di
Media Sosial
Sekarang ini, dengan mudah orang
menuliskan update status tentang kehidupan kesehariannya di media sosial
seperti Facebook dan Twitter. Bagi saya, berbagai status tersebut adalah
inspirasi yang sangat baik karena memang terjadi dalam kehidupan nyata
sehari-hari.
Kita tidak perlu bertanya satu
persatu kepada setiap orang tentang permasalahan mereka atau apa yang mereka
alami, cukup dengan melihat statusnya dari waktu ke waktu, kita bisa
mendapatkan ide tentang tulisan kita.
Saat kita mau menulis tentang
sabar misalnya, dengan mudah kita melihat status teman Facebook kita yang
sedang mencurahkan permasalahnnya di status mereka. Kita bisa menjadikannya
sebagai contoh kasus ataupun menjadi inspirasi bagaimana mengatasi persoalan
yang dialaminya.
8. Dari Observasi
Langsung
Kita bisa menuliskan sebuah buku
dengan melakukan observasi langsung ke lapangan. Jika ingin menulis bagaimana
mengelola sampah lingkungan menjadi kerajinan tangan yang bisa dijual, kita
mesti mendatangi tempat-tempat yang sudah melakukan itu semua dan mengobservasi
secara detail agar bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Sama halnya jika kita ingin
bercerita tentang beternak Lele Sangkuriang misalnya, kita harus mendatangi
tempat peternakan Lele Sangkuriang agar bisa mendapatkan keterangan
sebanyak-banyaknya mulai dari pembibitan, pembesaran, hingga pemasaran.
Prinsipnya, datangi apa yang akan
kita tulis, catat hal-hal detil di sana, lihat sisi pandang dalam diri kita,
lalu tuliskan.
9. Dari Ajaran Agama
Kita juga bisa menuliskan buku
dari ajaran agama yang kita baca. Untuk penulis yang beragama Islam, kitab
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua sumber ilmu pengetahuan yang tiada habis akan
dituliskan. Membaca Al-Qur’an dan Hadis disertai pengertian akan artinya (lewat
terjemah) akan membantu kita membangun tema seperti apa yang kita inginkan.
Jika kita ingin berbicara tentang
berbakti kepada orang tua, kita bisa mencari ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan juga
Hadis tentang hal ini. Bagaimana cara berbakti kepada orang tua, apa balasan
orang yang durhaka, dan berbagai hukum yang berlaku.
Saya biasanya menggunakan
buku-buku indeks Al-Qur’an dan Al-Hadis yang sudah banyak tersedia untuk
pencarian secara cepat.
10. Dari Kesulitan Yang Kita Alami
Berbagai kesulitan yang kita
alami juga bisa menjadi sumber inspirasi. Buku-buku ini biasanya berbentuk tips
praktis. Bagi kaum muslimah, saat kesulitan memadupadankan hijab misalnya bisa
menjadi inspirasi menulis buku tentang hijab yang baik.
Kesulitan orang lain dalam
melakukan sesuatu juga bisa menjadi inspirasi tulisan. Solusi atau jalan keluar
dalam bentuk tips sehari-hari banyak dibutuhkan orang. Tips mencari dan melamar
pekerjaan, tips pemasaran online, tips membangun usaha, dan berbagai tips
lainnya.
11. Alam Terkembang Jadikan Inspirasi
Semua yang terhampar pada alam
terkembang bisa menjadi inspirasi. Di manapun berada, dengan siapapun bertemu,
peristiwa apapun yang kita alami, bisa menjadi bahan tulisan yang menarik.
Asahlah diri menuliskan apa yang kita lihat, rasakan, dan
dengarkan. Jangan sampai ada yang terlewat. Biasakanlah mencatat apapun yang
ada di sekitar kita. Alam semesta dan seisinya adalah sumber inspirasi yang
tiada habisnya.
Bahkan dalam Al-Qur’an disebutkan jika tujuh lautan
dijadikan tinta untuk menuliskan semua apa yang ada di alam semesta ini,
niscaya tidak akan habis dituliskan, bahkan itupun masih kurang. Alam semesta
adalah keindahan yang luar biasa yang sangat inspiraf. Tinggal kita belajar
lebih sensitif menguraikan berbagai peristiwa menjadi tulisan yang menarik
untuk dibaca.
Bagaimana mengembangkan ide dengan teknik Mindmapping.
Mindmap adalah Peta Pikiran.
Cara membuat mindmap:
1. Tuliskan tema di
tengah kertas kosong, lingkari.
2. Buat cabang-cabangnya. Untuk tulisan non fiksi
cabangnya itu biasanya ada 3: WHY (Mengapa, alasan), WHAT (Apa, definisi), dan
HOW (Strategi, cara, bagaimana). Sedangkan untuk buku fiksi, cabangnya adalah.
1. Tokoh (siapa saja yang mau diceritakan)
2. Karakter setiap tokoh
3. Alur cerita (plot) dari awal, tengah, klimaks, hingga endingnya mau
seperti apa.
3. Buat sub
cabang dari ketiga hal di atas.
Nah, sub
cabang inilah yang menjadi kerangka tulisan. Bisa juga menjadi kerangka buku.
Contoh
mindmap tentang kerjakeras.
Buku pelajaran juga harus ada mindmapnya, bahkan mindmapnya harus
dimasukkan ke dalam buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar